Pemprov Sulsel salurkan 250.000 benih udang windu di Pulau Lakkang Makassar

Makassar – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menyalurkan sebanyak 250.000 benur udang windu kepada kelompok pembudi daya di Pulau Lakkang, kota Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel M Ilyas di Makassar, Kamis, mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu tahapan dan langka nyata guna mewujudkan pengembangan udang windu berbasis diseminasi di 15 Kabupaten/Kota di Sulsel.

“Selain itu, ada juga pengembangan udang windu berbasis kawasan di Kabupaten Pinrang seluas 1.000 hektare. Selain bibit juga diberikan bantuan sarana produksi ke kelompok-kelompok petambak udang windu ini,” tutur Ilyas.

Ia menyebutkan, bantuan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel ini menjadi prioritas Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman melalui program diseminasi udang windu atau biasa disebut udang sitto.

Hal ini, lanjutnya, sebagai wujud upaya Pemprov Sulsel untuk mengembalikan kejayaan udang windu, apalagi diketahui bahwa udang sitto merupakan salah satu komoditas unggulan Sulawesi Selatan.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Perikanan Budidaya Air Payau/Laut (UPT PBAPL) Bojo Barru pada Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel, Basri Hamal menyampaikan, bahwa dari 15 Kabupaten/Kota, sudah sembilan daerah yang tersalurkan.

“Untuk di Makassar, sebanyak dua kelompok penerima dengan total 500 ribu benur udang windu,” katanya dan mengharapkan para para pembudi daya bisa mengembalikan kejayaan udang windu, sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat.

Penerima bantuan yaitu Ruslan, perwakilan dari kelompok Harapan Jaya 2 dari Kelurahan Lakkang, Kecamatan Tallo, menyatakan terima kasih dan mengemukakan bahwa pihaknya merasa sangat terbantu atas bantuan benur udang windu tersebut.

Terkait dengan komoditas udang, sebelumnya Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu dalam sejumlah kesempatan menyatakan bahwa KKP mengejar target produksi udang 2 juta ton pada tahun 2024 melalui dua strategi utama.

Ia mengungkapkan, strategi pertama adalah modelling budi daya udang terintegrasi, yang bertujuan untuk membangun kawasan tambak udang modern terintegrasi, yang menerapkan good aquaculture practices dari hulu hingga hilir, serta melibatkan masyarakat dan kerja sama swasta.

Sedangkan strategi kedua adalah revitalisasi tambak udang, yang bertujuan meningkatkan produktivitas lahan tambak tradisional guna meningkatkan nilai tukar pembudi daya ikan.

“Dari dua strategi inilah nanti akan tercipta peningkatan produksi udang nasional yang mengedepankan ekonomi biru,” ujarnya.

Upaya ini dilakukan, masih menurut dia, sesuai dengan program Presiden RI dalam Presidensi G20 Tahun 2022 yang mengangkat “Ekonomi Biru untuk Laut Sehat, Indonesia Sejahtera”, yang mana KKP tengah menggaungkan Ekonomi Biru, dengan prinsip “Ekologi sebagai Panglima” dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan. (Ant)